Selasa, 23 Februari 2016

Kisah Cinta Moli yang Menyedihkan

Kali ini aku ingin bercerita tentang kisah asmaraku baru-baru ini yang tidak sengaja terjadi. Sebelumnya biarkan aku bercerita mengenai kisah cinta kelam masa lalu. Saat ini aku berusia 19 tahun dan belum pernah menjalin hubungan asmara, dan belum pernah menerima pernyataan cinta dari seseorang sama sekali –aku tau itu menyedihkan-. Dari situ kau pasti sudah tau seberapa buruknya aku. Aku pernah tertarik pada beberapa di sekolah. Aku yakin kalian tau bagaimana akhir dari ceritanya.
Baiklah masuk pada inti ceritanya. Semua berawal ketika aku memanggilnya “kakak kecil”. Kedengaran konyol orang sepertiku –kau akan beranggapan begitu jika kau mengenalku- memberi nama panggilan seorang teman laki-laki seperti itu. Selanjutnya hubungan kami menjadi lebih dekat, yang entah mengapa tidak kusadari. Kemudian seorang teman membeberkan segalanya yang membuatku tercengang, bayangkan, aku sudah menceritakannya di atas bahwa tak seorangpun pria hidup ataupun mati, manusia ataupun binatang yang memiliki ketertarikan padaku.Nah mungkin disini yang telah menumpulkan indraku. Setelah kupikirkan lagi dan menganalisa lebih lanjut, ternyata perlakuannya padaku sedikit demi sedikit memang berubah, dan memang berbeda. Dapat ditarik kesimpulan bahwa batu merupakan sebutan yang cocok disematkan untuk ketidakpekaan yang kuderita saat ini.
Sekarang adalah tentang bagaimana responku. Awalnya aku bahagia. Setelah sekian lama menjadi orang yang tidak diinginkan, akhirnya ada seseorang yang menurutku bodoh sekali menaruh hatinya padaku. Kemudian sesuatu yang menurutku bodoh adalah aku justru memberi respon negatif dengan menjauh dari dia yang kusesali saat ini. Hasil dari semuanya adalah sebuah tulisan di bawah ini yang ditulis olehnya, dalam sebuah jejaring social, yang kurasa memang ditulis untukku.

“Penyesalan itu pasti ada, yang penting respon kita menghadapinya. Apakah menyerah begitu saja atau bangkit dari keterpurukan.”
Malam Minggu ditemani tugas essay. Baru saja mempersiapkan CV untuk wawancara KAMMI besok. Kuluangkan sebentar untuk menulis ungkapan rasa penyesalan. Entah penyesalan karena nilai, pilihan, cinta, sahabat, kuliah ataupun organisasi. Semua orang bebas untuk berspekulasi. Cukup menggelikan sih orang sepertiku membuat seperti ini. Tapi inilah seni penulisan. Kita bebas untuk berkreasi.
Dalam sukma aku bertanya. Aku tidak tahu kini apa yang terjadi di antara kita. Bagiku kekakuan-kekakuan hubungan telah berbicara. Tapi kini, aku tidak bisa apa-apa. Aku hanya punya hati tanpa tenaga. Aku tidak ingin member harap tanpa arah yang mantap. Karena itu aku hanya bisa berjanji dalam hati dan tidak dilafalkan dengan lisan dan perbuatan. Biarlah tersimpan rapat dalam hati ini. Aku merasa apa yang kukuatirkan dahulu benar-benar akan terjadi dan mungkin aku sudah terlambat.
Maafkan aku yang kurang jantan. Aku tidak pandai menebak dan tidak sungguh-sungguh menebak hati manusia, walaupun aku ingin menebak dan ingin tepat pula. Mungkin semuanya terlambat dan aku merasa lumpuh tidak bisa berbuat karena waktu tak dapat kembali. Walaupun aku punya keinginan, tetapi aku tetap memegang teguh prinsipku. Meskipun sudah terlambat, aku tidak ingin berlarut-larut dalam kondisi ini. Menyesal dan ingin memulainya dari awal lagi. Sesuatu yang sudah terlanjur memang sulit untuk dilupakan. Aku tidak ingin semua hilang begitu saja. Apakah bisa kembali seperti dulu lagi? Entahlah, biar waktu yang menjawab. Yang bisa aku lakukan hanyalah intropeksi dan memperbaiki diri serta terus berharap.
Maaf dan terimakasih.


Begitulah tulisan yang sepertinya merupakan akhir yang kurang lebih menyedihkan seperti kisah cintaku sebelu-sebelumnya. Kurang lebih begitu aku mengartikan tulisan ini. Jujur saat ini aku menginginkannya. Dan kuharap tidak ada satupun orang yang kukenal yang membaca tulisanku, aku yakin mereka pasti langsung tahu bahwa aku yang menulis ini. Jadi aku tidak bisa menyimpulkan ceritaku kali ini, simpulkan sendiri dan cari maknanya sendiri.  

Rabu, 17 Februari 2016

Perkenalkan ini Sahabatku

Aku yakin kalian sudah tau bahwa aku seorang perempuan. Aku memiliki satu pertanyaan yang kuharap kalian mau merelakan sedikit energi kalian untuk menjawab. Sebagai seorang perempuan, normalkah? Menjadi masalahkah jika hanya memiliki teman pria? Maksudku teman yang kau anggap dekat, teman yang kau percayai. Yah banyak orang menyebutnya sahabat. Aku merasa itu normal dan baik-baik saja sebenarnya. Tetapi, dalam kasusku, aku kuliah di salah satu universitas di Jogja, yang sepertinya menganggap itu kurang pantas. Seorang teman di sekolah menengah atas pernah menilaiku bahwa aku sulit bergaul. Saat itu aku merasa bahwa dia salah, tapi nyatanya sekarang hal itulah yang sebenarnya terjadi. Sekarang aku lebih memilih mempercayai beberapa orang saja sebagai sahabat daripada memiliki terlalu banyak teman yang berujung saling menusuk – percayalah itu sakit-. Jika aku boleh bercerita, aku memiliki satu sahabat, yang sudah kupercaya, satu-satunya, dan tentu saja seorang pria. Aku lupa bagaimana kami bisa sedekat ini, tapi yang jelas kami saling mengerti satu sama lain. Yah begitulah.
Baiklah, aku akan menceritakan sahabat terbaikku yang satu ini. Aku mengenalnya sekitar 6 bulan yang lalu. Dia semacam penggila teknologi yang tersesat mempelajari ilmu alam. Kurang tau apa hobinya karna dia melakukan segala hal yang menurutnya menyenangkan. Kurasa semua hal yang menurutnya menyenangkan juga menyenangkan bagiku hoho. Kami suka melantunkan berbagai macam lagu yang aku yakin akan menggetarkan jiwa kalian, tentunya karna suara kami yang sedikit lebih merdu dari suara saat kau menggesekkan kukumu di papan tulis. Tentunya dia orang yang cerdas, pernah menolak tawaran untuk mengambil kelas akselerasi saat SMA.  Hal yang paling menyebalkan adalah ketidakaadilan gen di antara kita. Seberapa banyak makanan masuk ke system pencernaannya, mereka tidak mempengaruhi berat badannya. Hal ini berlaku sebaliknya padaku.

Sebenarnya butuh lebih dari satu tulisan untuk menceritakannya, tapi aku tak ingin membesarkan kepalanya. Yah begitulah sahabat yang kudapat sekarang. Terimakasih sudah mau membaca.

Selasa, 16 Februari 2016

Perkenalkan namaku Moli

Menulis blog tentang pengalaman pribadi mungkin sudah sangat biasa atau bahkan terkesan kampungan. Tak apalah kurasa. Ini tulisan pertamaku, maksudku ini pertama kalinya aku menulis sesuatu dalam blog. Akan butuh sedikit saran dan tanggapan tentang tulisan ataupun pengalaman yang akan kuceritakan pada kalian. Jadi terimakasih bagi kalian yang nanti akan memberi saran atau bahkan ikut bercerita.
Nah, anggap saja namaku Moli. Sejak kecil aku percaya bahwa aku memiliki segala sesuatu, termasuk kemampuan, melebihi seluruh manusia di seluruh alam semesta yang luas ini -aku menyebutnya ilusi kepercayaan diri yang berlebihan-. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur, kepercayaan diriku perlahan-lahan luntur dan merubahku menjadi manusia yang merasa sangat rendah. Jika kalian belum paham maksudku, aku akan memberikan satu gambaran, berupa contoh mungkin. Dulu sekali ketika aku belum tahu bagaimana cara menulis essay, aku berdiri di depan cermin persegi panjang sambil berfikir bagaimana bisa ada makhluk secantik itu. Pada kenyataannya sekarang, akulah manusia terjelek yang pernah kulihat. Aku juga sangat sering mengalami kesulitan soal pergaulan yang juga baru kusadari saat ini. Tentang cerita lengkapnya, mungkin akan kuceritakan setelah tulisan pertamaku ini.
Tulisanku memang berantakan, aku tidak peduli. Senang bisa bercerita pada kalian.